Embun masih membasahi rerumputan, saat seorang pemuda sedang asik memetik gitarnya. Tubuhnya yang tegak sedang duduk di bangku teras rumahnya, sesekali dia memperhatikan rumah yang berseberangan dengan rumahnya. Nampaknya hari ini suasana hatinya sedang bahagia, dia begitu menikmati pagi yang cerah, melantunkan lagu ceria.
.
Seorang gadis dengan ramput panjang terikat seperti ekor kuda, keluar dari pintu sambil membenarkan dasinya yang sedikit miring. Di kenakanya sepatu biru kesukaannya , “ hari ini cerah, aku harap nilaiku baik – baik saja” ucapnya sambil berdiri. Sedangkan di seberang jalan tepat lurus dengannya pemuda yang selalu mengisi paginya sedang melambaikan tangan dan tersenyum padanya. Mereka berjalan beriringan menuju sekolah yang tak jauh dari rumah mereka.
.
“Kenapa gitarnya tidak di bawah saja?” tanya Miamie memulai percakapan.
“Tidak ah, aku hari ini ada rencana lain saat istirahat, aku bosan juga selalu menghabiskan waktu dengan memetiknya.“ jawab pemuda itu dengan senyum di wajahnya.
Miamie hanya bisa ber ‘oh ‘sambil terus berjalan di samping pemuda itu.
“Oia, hari ini cerah ya Mie-chan? Udaranya juga segar?” ucap pemuda itu dan mengangkat wajahnya menghirup udara pagi yang tanpa polusi, sampai –sampai Miamie bisa mendengar tarikan nafasnya. Maklum saja, Miamie hanya setinggi telingah pemuda itu.
Miamie hanya tersenyum kecil melihat tingkah pemuda itu yang sedikit berbeda. “Kau kenapa?” tanyanya membuat pemuda itu menoleh menatapnya.
“Emm…memangnya aku kenapa?” malah bertanya balik sambil menunjuk wajahnya sendiri.
“Aneh.“ gumam Miamie.
“Hahha, memangnya kamu saja yang bisa aneh, aku yang tampan ini juga bisa aneh, dan akan terlihat makin menarik, pintar, tinggi, ketua, dan pastinya baik hati dan tidak sombong.“ kali ini pemuda itu melotarkan kalimat – kalimat candaan yang hampir tidak pernah Miamie dengar sebelumnya . Miamie hanya tersenyum kecil tak perduli kepedean pemuda yang baru di kenalnya lima bulan lalu. Lagi, pemuda itu berbicara banyak yang membuat Miamie terkekeh mendengarkan candaan yang diekspresikan secara berlebihan oleh sang pemuda.
“Kau lupa minum obat? atau mau aku antar ke rumah sakit? “ canda balik dari Miamie.
“Huh, itu semua fakta. Akui saja.”
“Hah? Di lihat dari ujung menara itu pake sedotan juga semua bisa tau kalau kamu biasa saja.” Miamie tak mau kalah.
Tittt Tittt
Hampir saja. Gadis kelas XI IPA itu tak akan menghembuskan nafas lagi andai ia tak bisa menghindar. Lebih tepatnya diselamatkan.
“Mie-chan? Kau tak apa-apa kan?” Tanya pemuda yang masih menggenggam pergelangan tanganya. Mereka terduduk di rerumputan pinggir jalan. Miamie tak menjawab, ia mematung tak percaya. Mengapa ia tak menyadari jika ada mobil yang melaju dan hampir menyerempetnya.
“Maaf,” Pemuda itu membersihkan lengan baju Miamie yang kotor. “Harusnya seperti biasa aku yang berjalan di sisi luar. Maaf ya.” Pemuda itu melepakan tas Miamie dan mengaitkan di sisi kiri lengannya.
“Ayo, kita pulang saja. Nanti izinnya nyusul.” Pemuda itu membujuk. Miamie mengangguk dan berdiri dibantu pemuda itu.
#Gaje, hehehe