Aku tersenyum senang, ternyata ketakutanku akan kehilangan hanya sebuah alasan yang sia-sia agar menunda kejelasan. kamu masih di sini, masih ada untukku tanpa perduli sakitnya dirimu. Maaf, gumamku setiap saat kamu ada lagi dan lagi memberi tawa.
Sepertiya kamu masih berharap pada takdir untuk mempertemukan kita, menginginkan ‘batas waktu sendiri’ itu terwujud. Aku tak berhak melarangmu, sama halnya kau tak berhak memaksaku.
“Biarkan waktu yang menjawab. Semua yang terjadi atas kuasa Tuhan.”