Kenangan “Mask Party”


Ah, ini terlintas begitu saja ingin menulis sesuatu tentang sosok itu. Yang ngeliat postingan ini jangan salah paham ya. Saya hanya iseng dan kurang kerjaan (???).

====

Miamie tampak gugup terlihat dari gumam-gumam tak jelas yang terlontar begitu saja. Gaun putih yang ia kenakan terlihat modern dan  topeng yang ia pilih beberapa hari lalu dapat membantu menutupi rasa malu yang tanpa sengaja menyusup saat melirik seseorang yang berdiri di sampingnya. Malam ini party pergantian tahun baru. Tampak beberapa siswa dan staf dengan pasangan masing-masing mulai berdatangan dan memasuki Aula. Miamie tersenyum kecil dan beberapa detik kemudian senyum itu berubah seratus delapan puluh derahat, manyun.

“Sedang apa berdiri di sana?” Pria itu menatapnya yang masih berdiri kaku di samping sang memiliki suara. Belum menjawab apa-apa sang pria kembali angkat bicara.

“Sudah malam, ayo masuk.” Belum merespon dengan apapun pria itu berjalan mendahului Miamie yang masih berdiri heran. Kalimat apa itu? Apakah perlakuannya selalu begitu? Apakah dia tak bisa mengubah sifat dinginnya itu? Sekali saja, hanya untuk malam ini saja? Itu yang terlintas di benak Miamie. Miamie mengembungkan pipi mengusir rasa kesalnya. Bersabar adalah hal satu-satunya yang bisa ia lakukan. Terlukis jelas ia kebingungan mengadapi sang pria yang begitu terkenal dengan sikap tegas, cerdas, tidak betele-tele, dan ciri khasnya yang lain itu. Mungkin itulah daya tariknya. Miamie pun tak menyangka candaannya bersama yang lain membuat sang pria berkacamata itu justru memilihnya.  Sebagai murid baru yang terlintas dalam benaknya saat itu hanya menjadi teman yang menyenangkan, beradaptasi dengan keadaan dan situasi baru, termaksud akrab dengan seluruh penghuni akademi itu.

‘Kejam’ batinya menggerutu menatap punggung pria itu yang semakin menjauh karena langkahnya yang begitu cepat. ‘Jika ku tau begini, aku tak akan ikutan dengan yang lain untuk menawarkan diri menjadi pasangnya’ kalimat penyesalan itu tak pernah terlontar hanya sebuah bisikan tak jelas dari dirinya. Langkahnya begitu lamban hingga tersentak oleh suara seseorang yang menatapnya terlihat kesal.

“Cepat sedikit.”  Pria itu jelas sekali kesal.

“Acara lain akan dimulai sebentar lagi, aku tidak bisa terus-terusan mengurusimu.” Kalimat itu terdengar sangat kejam. Miamie tercengang berdiri terpaku meletakkan telapak tangannya di dada. Ia ingin berteriak ‘Aku pulang saja!’. Baru acang-acang untuk membuka mulut. Sekali ayunan tangan terbentang.

“Cepat,” Perintah sang pria mengulurkan tanganya. Miamie tak mampu berkata-kata lagi, ia menggigit bibirnya manahan emosinya yang hampir membludak. Ia meraih tangan itu.

“Aku tau. Maafkan aku.” Hanya kata itu yang terlontar kemudian dari gadis pecinta warna biru itu. Ia berusaha tersenyum. Ia terus terdiam sedikit merasa bersalah telah membuat pria itu menunjukan rasa kesal pada dirinya.

“Kenapa? Merasa menyesal pergi denganku?” Pria itu kembali bersuara tanpa menoleh sedikitpun. Tapak kakinya menapak dan meninggalkan jejak sepatu pada salju yang telah menumpuk. Miamie masih terdiam. Ia bingung harus menjawab apa? Bukankah tadi ia memang merasakan itu? Apa benar setiap staf memiliki kelebihan yang tak terduga, seperti membaca pikiran misalnya? Ah, tak mungkin.

“Tidak sama sekali. Aku senang, tapi bolehkah aku meminta satu hal padamu?”Miamie mengubris segala pikiran lain yang berebut menguasai pikirannya. Saat itu yang ia inginkan tetap bersikap baik dan tidak menyesali apapun yang akan terjadi malam itu.

“Aku ingin kau bersikap baik padaku.” Pinta Miamie terlontar setelah beberapa jedah berikutnya.

“Hhh…” Pria itu menarik nafas panjang, lalu memandang wajah Miamie di hadapanya. “Baiklah,” Ia mengeratkan pengangan Miamie pada lengannya.

“Ayo masuk bersama.” Kalimat yang dinanti Miamie terucap juga. Ingin melompat senang yang dirasakan Miamie saat itu. Ia tersenyum dan mengangguk. Sesekali Miamie masih memperhatikan pria itu diam-diam. ‘Aku masih tak bisa mengerti dia, tapi aku masih berusaha.’ Batin Miamie kembali melirik sang pria.

.

.

.

Note : Sebenarnya masih ada lanjutannya (sedikit pada acara inti parti) tapi aku tak mampu mengingat lagi, mungkin karena faktor waktu itu aku tak terlalu fokus, terlanjur kesal (ini rahasia), dan perang sama sinyal.

(21:25), 20-10-13 –> Party (31 Desember 2011)

Tinggalkan komentar