Goa Lokale ( Goa Tak Berujung – Papua)


Dibanding goa lainnya di Indonesia, Goa Lokale tergolong unik dan misterius, karena hingga saat ini belum ditemukan ujungnya, bahkan diyakni menjadi salah satu goa terpanjang di dunia. Letaknya di Desa Wosilimo, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Untuk sampai ke pintu masuk gua, anda hanya cukup berjalan lima menit dari parkiran mobil. Kemudian anda akan melewati hutan pinus terlebih dahulu, dengan jalan setapak yang mempermudah perjalanan. Berjalan sekitar 850 meter dengan membawa senter, anda akan menemukan aula besar di dalam gua. Bila sanggup berjalan dua kilometer ada aula kedua di Goa Lokale yang jauh lebih luas. Seperti gua pada umumnya, terdapat banyak stalagtit dan stalagmit di berbagai sisi dan langit-langit gua. Selain itu, ada beberapa dinding yang seakan-akan diukir, sehingga tampak sangat indah, jika gelap seperti banyak permata di dinding goa membuat semakin keren.

Di dalam gua sangatlah gelap sehingga anda diwajibkan membawa senter atau penerangan lainnya. Di dalam gua juga terdapat dua aula besar. Di salah satu dinding gua memiliki rongga yang apabila di ketuk akan menimbulkan bunyi gendang.


Gua Lokale ditemukan pada tahun 1962 oleh tuan Kalet Entama yang secara tidak sengaja menemukan keberadaan gua saat dia sedang membabat rumput di perkebunannya ketika secara tiba-tiba keluar burung walet dari sebuah lubang di kaki bukit. Setelah diselidiki ternyata lubang tersebut cukup besar dan mencoba masuk ke dalam lubang dengan menggunakan penerangan obor dengan mengajak 3 orang temannya mereka masuk sampai kedalaman 200 meter.

Gua Lokale dibuka tahun 1992. Tahun 1996, ahli gua dari Amerika datang ke goa ini. Masyarakat setempat percaya, Goa Lokale sebagai salah satu gua terpanjang di dunia. Alasannya, karena sampai saat ini belum pernah ada satu orangpun yang berhasil mencapai ujung gua ini. Untuk menjelajahi Goa Lokale, ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh para pengunjung, seperti larangan buang sampah, buang air, dan mengambil apapun dari gua. IMG20150110121837 DSC_0995  IMG_1152 Perjalanan dimulai, kami berkumpul di rumah Mama Rais sesuai kesepakatan. Dilanjutkan menaiki angkutan ke daerah pasar baru, simpangan 3 pike tujuan utama kami untuk menunggu kendaraan (gratis/tumpangan). Karena jumlah yang lumayan banyak (25 orang), maka dibagi menjadi dua mobil angkutan. Biaya angkutan 7000/orang, yang awalnya hanya 5000. Kenaikan tarif ini dampak kenaikan BBM. Sambil menunggu mobil yang kiranya supir mau berbaik hati memberi tumpangan canda-canda terlontar diantara kami semua sebari berkenalan satu sama lain karena perjalanan ini terdiri dari 3 LPTK (UNMUL dan UR penempatan tugas Jayawijaya, UNNES penempatan Yahukimo). 20 Menit kemudia barulah ada mobil yang ingin berhenti. Truk yang berarah berjalanan sejalur dengan tujuan kami. Aku berbicara kepada sopir, dan akhirnya saya bisa mempersilahkan teman-teman untuk naik. “Teman-teman, tujuan kita pertama goa ya? Coz, kita mulai wisata kita dari tempat terjauh, pulangnya baru mampir ke Mumi dan Pasir  Putih.” “Siiippp, atur aja, kita ngikut.” “Okey. Hehehe, karena mobil ini sekalian jauh gitu, makanya kubilang tadi sama supir, kita sampai Wosi.” Aku tersenyum pada mereka. Sepanjang berjalanan terdengar jeritan kaget dan jeritan senang, tawa karena serunya perjalanan beramai-ramai menaiki truk dengan jalan yang tidak selalu mulus, meski bukan tanjakan namun jalanan lumayan berkelok. Sempat mengabadikan beberapa moment saat perjalan adalah hal yang tidak ketinggalan. Okey. Sekitar km 27, simpang 3 Wosi tempat perhentian kami. Mobil berbedah arah dengan kami yang harus berbelok ke kanan. Bukan, masalah kami akan berjalan kami karena jarak tidak terlalu jauh dari tempat tujuan.


goa lokale444


IMG_1225DSC_0381

Tinggalkan komentar