Archive | 30 Januari 2015

Goa Lokale ( Goa Tak Berujung – Papua)

Dibanding goa lainnya di Indonesia, Goa Lokale tergolong unik dan misterius, karena hingga saat ini belum ditemukan ujungnya, bahkan diyakni menjadi salah satu goa terpanjang di dunia. Letaknya di Desa Wosilimo, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Untuk sampai ke pintu masuk gua, anda hanya cukup berjalan lima menit dari parkiran mobil. Kemudian anda akan melewati hutan pinus terlebih dahulu, dengan jalan setapak yang mempermudah perjalanan. Berjalan sekitar 850 meter dengan membawa senter, anda akan menemukan aula besar di dalam gua. Bila sanggup berjalan dua kilometer ada aula kedua di Goa Lokale yang jauh lebih luas. Seperti gua pada umumnya, terdapat banyak stalagtit dan stalagmit di berbagai sisi dan langit-langit gua. Selain itu, ada beberapa dinding yang seakan-akan diukir, sehingga tampak sangat indah, jika gelap seperti banyak permata di dinding goa membuat semakin keren.

Di dalam gua sangatlah gelap sehingga anda diwajibkan membawa senter atau penerangan lainnya. Di dalam gua juga terdapat dua aula besar. Di salah satu dinding gua memiliki rongga yang apabila di ketuk akan menimbulkan bunyi gendang.


Gua Lokale ditemukan pada tahun 1962 oleh tuan Kalet Entama yang secara tidak sengaja menemukan keberadaan gua saat dia sedang membabat rumput di perkebunannya ketika secara tiba-tiba keluar burung walet dari sebuah lubang di kaki bukit. Setelah diselidiki ternyata lubang tersebut cukup besar dan mencoba masuk ke dalam lubang dengan menggunakan penerangan obor dengan mengajak 3 orang temannya mereka masuk sampai kedalaman 200 meter.

Gua Lokale dibuka tahun 1992. Tahun 1996, ahli gua dari Amerika datang ke goa ini. Masyarakat setempat percaya, Goa Lokale sebagai salah satu gua terpanjang di dunia. Alasannya, karena sampai saat ini belum pernah ada satu orangpun yang berhasil mencapai ujung gua ini. Untuk menjelajahi Goa Lokale, ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh para pengunjung, seperti larangan buang sampah, buang air, dan mengambil apapun dari gua. IMG20150110121837 DSC_0995  IMG_1152 Perjalanan dimulai, kami berkumpul di rumah Mama Rais sesuai kesepakatan. Dilanjutkan menaiki angkutan ke daerah pasar baru, simpangan 3 pike tujuan utama kami untuk menunggu kendaraan (gratis/tumpangan). Karena jumlah yang lumayan banyak (25 orang), maka dibagi menjadi dua mobil angkutan. Biaya angkutan 7000/orang, yang awalnya hanya 5000. Kenaikan tarif ini dampak kenaikan BBM. Sambil menunggu mobil yang kiranya supir mau berbaik hati memberi tumpangan canda-canda terlontar diantara kami semua sebari berkenalan satu sama lain karena perjalanan ini terdiri dari 3 LPTK (UNMUL dan UR penempatan tugas Jayawijaya, UNNES penempatan Yahukimo). 20 Menit kemudia barulah ada mobil yang ingin berhenti. Truk yang berarah berjalanan sejalur dengan tujuan kami. Aku berbicara kepada sopir, dan akhirnya saya bisa mempersilahkan teman-teman untuk naik. “Teman-teman, tujuan kita pertama goa ya? Coz, kita mulai wisata kita dari tempat terjauh, pulangnya baru mampir ke Mumi dan Pasir  Putih.” “Siiippp, atur aja, kita ngikut.” “Okey. Hehehe, karena mobil ini sekalian jauh gitu, makanya kubilang tadi sama supir, kita sampai Wosi.” Aku tersenyum pada mereka. Sepanjang berjalanan terdengar jeritan kaget dan jeritan senang, tawa karena serunya perjalanan beramai-ramai menaiki truk dengan jalan yang tidak selalu mulus, meski bukan tanjakan namun jalanan lumayan berkelok. Sempat mengabadikan beberapa moment saat perjalan adalah hal yang tidak ketinggalan. Okey. Sekitar km 27, simpang 3 Wosi tempat perhentian kami. Mobil berbedah arah dengan kami yang harus berbelok ke kanan. Bukan, masalah kami akan berjalan kami karena jarak tidak terlalu jauh dari tempat tujuan.


goa lokale444


IMG_1225DSC_0381

Pasir Putih di Atas Gunung (Kurulu – Jayawijaya)

Sebuah pasir putih ternyata tidak hanya berada di pantai, di Distrik Kurulu (Jayawijaya), tepatnya di Libarek terdapat sebuah pasir putih yang banyak, keluar dari balik bebatuan di atas gunung.

IMG_1522

Jalan masuk menuju pasir putih yang berada diantara bebatuan besar berwarna abu-abu.

Sekilas terlihat dari jauh, pasir-pasir ini tidak banyak namun semakin mendekat dan naik ke atas pasir-pasir ini begitu banyak.

DSC_0316

Moment Narisss :3

IMG_1568

Pasir-pasir ini sangat putih dan halus.

Inilah pemandangan dari atas batuan besar. Tampak di bagian belakang kami daerah distrik Kurulu. Indah kan? Inilah alam negeri kita, menakjubkan.
Haha5

Teman baru bukan berarti malu-malu untuk berekspresi bersama, selfie dan menikmati hari-hari yang menyenangkan bersama.  mengenal mereka baru beberapa hari tapi rasanya seperti sudah mengenal mereka lama karena sikap welcome mereka terhadapku. Thanks—

cats

With kak (Salam, Siswanda, Budi)

Haha1  Haha2

12 Januari 2015

Siang setelah sholat Zuhur (karena kami dari Mumi Jiwika–Kami menumpang sholat disalah satu pos teman SM3T yang ditempatkan di SMP-SMA Kurulu), lalu kami menumpang kendaraan truk yang menuju ke kota. Di desa Libarek tepatnya di pasir putih, kami turun dari truk. Satu persatu kami mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati sang sopir.

Tanpa menunggu lama kami langsung menuju ke tempat wisata yang cukup terkenal ini. Tidak terlalu jauh dari jalan sekitar 200 m dari jalan raya, dan terlihat jelas jika kita dari kota ataupun menuju kota melewati jalan raya.

Saat teman bertanya, bayar atau tidak. Aku juga bingung, sebagian teman yang pernah kesini bilang bayar 1000/orang tapi ada juga yang bilang 50.000 atau 100.000/rombongan sesuai dengan tawaran yang berhasil di lakukan. Nyatanya, di sini tidak ada pos tempat pembayaran apa lagi orang yang menjaga. Da, kata teman lagi, biasanya orang di sekitar sinilah yang meminta bayaran semaunya.


Dari jalan pasir putih ini terlihat biasa saja, sekumpulan batu dengan garis pasir putih ditengah-tengahnya, memanjang seperti air yang mengalir turun. Namun, semakin dekat dan mendekat barulah kau menyadari bahwa batuan di sini sangatlah besar.

Masih di bagian bawah bebatuan, sibuk dengan suasana hati dan kegiatan masing-masing. Aku membuat tulisan diatas pasir memotretnya dan membuat sebuah vidio mini saat jari telunjukku menuliskan huruf satu persatu nama orang-orang yang terpikirkan begitu saja olehku.

Seolah tak sabar, beberapa menit kemudian kami mulai berjalan mendaki menaiki bebatuan besar. Jika menginjak bagian pasir maka kamu akan menyadari betapa tebalnya basir-pasir ini, selain begitu putih, pasir-pasir ini juga begitu halus.

Tidak lengkap jika ketempat keren gak narsis, heheh. Untuk kenang-kenangan dan sebagai rasa senang begitu banyak foto dengan berbagai ekspresi masing-masing, baik moment sendiri atau bersama-sama.
Semakin ke atas semakin sedikit pasir yang terlihat tetap masih ada dan masih ada lagi. Sebelum berada dibagian atas kalian akan berpikir ini hanya sebuah bukit tapi nyatanya berjalan menanjak di anatara batuan besar benar-benar membuatmu terengah-engah.

Semakin keatas dan semakin keatas. Aku berusaha mengingatkan teman-teman baruku ini untuk berhenti cukup di ketinggian itu, karena menurut berita yang saya dengar ‘Dilarang untuk naik hingga puncak karena ditakutkan akan ada orang dari balik gunung membawa parang atau hal lain yang berbahaya, entah dia mabuk atau tidak yang jelas ditakutkan akan memalak atau meminta harta benda’.

Mereka mengiyakan, aku tersenyum karena senang, meskipun begitu aku juga penasaran sebenarnya seperti apa pemandangan dibalik bukit ini, menurut hayalanku terlihat jalan ke kota bahkan mungkin isi kota, dan di kaki bukit terdapat kampus. Lalu jika mengangkat wajah lebih keatas dan keatas lagi akan merasasejajar dengan gunung-gunung yang membentang seperti pinggiran mangkuk (ditengah mangkuk adalah kab Jayawijaya ini).

with2-horz

Cewek yang pakai baju biru namanya Fresti. 🙂


Kalau kamu ke Jayawijaya, jangan lupa ya ke tempat wisata ini ‘Pasir Putih’. Dan mungkin saat kalian berkunjung sudah bayar, hehehe. Saat ini sudah di bangun tiga pos tempat peristirahatan loh. 🙂

Teman Baru Menyenangkan (Salam Kenal)

Tuhan memang tau ya apa yang hambanya butuhkan. Baru beberapa hari ini jenuhku berlebihan terlebih ingin melakukan hal-hal seru sebelum setumpuk aktivitas sekolah di mulai. Tuhan menghadirkan 12 orang baru dalam beberapa hariku, bersama mereka menyenangkan.


9 Januari 2015, menjelang magrib. Salam, Siswanda dan Budi diajak oleh Irham ke Sekretariat kami (rumah guru SM3T –LPTK UNMUL dan UR di Jayawijaya yang disediakan oleh pemerintah).  Ketiga kawan baru itu sesungguhnya sudah bertemu denganku dan teman-teman di bandara Sentani—Jayapura, bahkan saat itu kami (guru SM3T UNMUL penempatan Jayawijaya) berfoto bersama rombongan mereka (guru SM3T UNNES penempatan Yahukimo).

Sebelum mereka pulang. Aku dan teman baru ini saling bertukaran nomor telpon.  Lalu esoknya bersama mereka saatnya wisata, heheh.


10 januari 2015 tujuan kami daerah Wosi dan Kurulu.

“Dengan senang hati jika mau ikut. Semakin rame kan semakin asik”

Begitu kira-kira isi pesan semalam. Dan, sesuai pesan juga yang menyatakan bahwa tempat berkumpul di rumah ibu Rais. Pukul 9 pagi aku dan Muti menuju tempat tersebut.

Kebetulan Muti belum sekalipun pernah ke daerah Kurulu dan seterusnya, sehingga aku akan menjadi temannya karena aku yang di tempatkan di sekolah Isaima (melewati Kurulu dan sebelum Wosi).


12 Januari 2015, Hari ini hari pertama masuk sekolah lagi, pagi-pagi aku kembali ke Isaima untuk melaksanakan tugas. Sepulang sekolah aku menuju kota karena akan melakukan pemeriksaan lagi di dokter gigi.

Ternyata, eh emang ya aku gak bisa kalau cuek sama sekitar. Mobil Strada yang melaju dan kaca mobil yang tertutup tak menghalangi pandanganku menangkap sesuatu yang tak asing. Jaket mereka yang bertuliskan ‘Yahukimo’ dengan warna huruf kuning membuatku tersenyum senang.

“Di sini saja pak. Ini ada teman-teman saya ingin ke Mumi.”

“Tidak jadi ke kota?”

“Jadi. Nanti saya sama mereka, lagipula saya tidak enak merepotkan bapak karena seharusnya tidak sampai kota dan masih ada pekerjaan.”

“Baiklah.”

Aku mengucapkan terima kasih dan tersenyum kepada sosok berwibawa kebapaan dan ramah itu, seseorang yang ku kenal sejak bulan pertama aku berada di sini, btw anaknya lulusan kedokteran UI loh (hehe bocoran, senyumnya manis lagi).

­­­­­­­


13 Januari 2015, pagi-pagi sekali aku kembali menuju Isaima untuk mengajar. Disela-sela mengajar ada pesan yang masuk, bertanya apa kaha aku masih di kota. Mereka ingin mengajakku keliling kota mencari oleh-oleh tangan. Sayang aku tidak bisa, karena sungkan untuk berbicara dengan rekan sepengabdianku, semalam aku sudah meninggalkan Wira sendiri di rumah dan dia begitu panik serta pagi ini aku medapatkan imbasnya.

Tuhan memang selalu mm=emberi kemudahan, karena telpon dari seorang teman yang membutuhkan bantuan di kota (sekretariat). Aku dan Wira menuju kota  sekitar jam 1 siang.

Sore ini, aku bertemu teman baruku lagi dan mencari buah tangan, mereka membeli beberapa benda khas Papua (Koteka, Noken, dll).


14 Januari 2015, mereka kembali ke Yahukimo. Enggak sempat ngucapin selamat jalan di bandara, tapi senang deh karena dapat sms info kalau mereka udah nyampe dengan selamat.


Ini dia beberapa moment bersama mereka :

DSC_0995

Numpang kendaraan yang lewat (cari gratisan, seru juga)

DSC_0381

Di dalam Goa Lokale

Haha5

Pasir Putih (Kurulu – Jayawijaya)

IMG_1152

Foto bareng sebelum masuk ke Goa.

Kembali ke Sekolah (Liburan telah Usai)

Liburan telah usai, kebersamaan ini melelahkan namun menyenangkan. Berbagai hal hadir diantara kita semua, canda dan tawa, keseriusan rapat dan agenda penting. Hehe, katanya liburan tapi kok malah sibuknya over ya?

Bagaimanapun aku bersyukur atas segala yang telah terlalui. Akhir tahun yang super sibuk. Dimulai dari ulangan semester di sekolah pengabdian masing-masing. Perayaan ulang tahun kota Wamena, sesi diskusi dengan bapak Bupati, peresmian Sekretariat SM3T, Open House bapak Bupati dan kerumah-rumah para pejabat pemerintahan (sebagai silaturahmi), menjadi panitian Open House bapak Wakil Bupati, agenda rapat untuk kelompok LPTK, agenda rapat untuk gabungan LPTK (UNMUL dan UR–SM3T penempatan Jayawijaya) untuk program kerja yang skalanya besar (tunggu nanti kegiatan kami yang melibatkan hingga lebih seribu anak Jayawijaya). Oia, ada acara tukaran kado akhir tahun juga dan acara syukuran sekretariat.

Oia, sekretariat kami berada di jalan Patimura, masih di sekitar kota, sekitar 10 menit jalan kaki. Rumah kami ini, terdiri dari 8 kamar tidur dan akan menjadi hak untuk 66 guru SM3T, termaksut saya. Fasilitas yang diberikan bagi saya pribadi cukup baik. Tempat tidur, TV, dan beberapa kursi dan meja. Dari sekian banyak kamar ini, aku memilih kamar paling belakang, sebenarnya tidak harus di kamar yang tetap, hanya saja penghuni kamar ini sudah merasa nyaman berada di dalamnya, saya bersama 7 lainnya merasa ini seperti kamar kos. Ha ha ha

Oia, banyak canda dan kebersamaan terlalui selama berada dalam rumah kami ini, dua LPTK menyatu. Bahkan, kami welcome terhadap guru SM3T lain, misalnya senior SM3T LPTK UR yang masih bertugas perpanjangan di Lany Jaya datang ke Wamena selama liburan menghabiskan hari-hari bersama kami. Dan juga, saat syukuran rumah kami ini, teman-teman dari SM3T Unesa (penempatan Membramo Tengah) hadir. Terkadang para bapak guru SM3T antar LPTK (UNMUL, UR, UNESA, UNIMED) bermain futsal bersama.

Di rumah kami ini, selalu saja ada kehangatan yang tercipta, saling bercanda–bahkan hingga keterlaluan menurutku, tapi dari hal yang jarang ditemukan dalam keseharian masing-masinglah yang membuat kami mengerti satu sama lain, memehami bukan dari cara pandang sendiri tapi dari kebersamaan yang terlalui.

Hei, janga sangka di sini yang masak cuma cewek dan cewek, begitu juga dengan tugas cuci piring atau hal lain. Kebersamaan bro, kebersamaan itu berarti semua harus bersama. Saling membantu, dan kesadaran diri bahwa kita sama-sama perantauan, sama-sama memiliki hak dan tanggungjawab yang sama. Asikkk, ckckkc

Dan, selalu ada seniman di rumah kami. Suara Piano, gitar, atau sekedar suara nyanyian di dalam kamar, atau saat mencuci pakaian. Ha ha ha, meskipun ribut tapi tau waktu loh, nggak sampe tengah malam banget kok karena sadar banyak tentangga, mungkin memilih untuk menonton TV atau melakukan hal lain, ada yang berkubu ada juga yang sibuk masing-masing dengan leptop. Seperti kamar kami yang sering jadi bahan candaan (kamar pembantu karena letaknya paling belakang dan pintunya dekat dari meja makan), penghuninya adalah orang-orang paling kaya (begitu kami membela diri) karena jika sudah tengah malam atau malas keluar kamar, semua sibuk dengan leptop masing-masing, ada yang menonton dan ada yang mengerjakan laporan atau bahkan ada yang cuma sibuk menggoyang-goyangkan krusor. Lalu kamar kami jadi tempat favorite berkumpul di rumah bersama ini, para cewek memang sukanya yang rame-rame, hahah. Kamar kami penghuni tetapnya 8 orang namun terkadang lebih dari itu, dan perlengkapan didalamnya lebih lengkap dibandingkan yang lain. Paling banyak cemilan dan paling komplite watak orang-orangnya. Ckckc. Kamar kami juga bisa di bilang musholah dalam rumah, banyak yang numpang tempat sholat.

Masak apa? makan apa selama di rumah bersama (Sekretariat)?

Banyak. Macem-macem, berbagai hal dengan koki yang bergantian. Berkreasi dengan bahan yang ada, jika habis tentu harus iuran bersama untuk kepentingan bersama. BTW, aku sering terganggu loh dengan mereka yang kelaparan tengah malam, para pak guru yang masak tengah malam atau sekedar membuat kopi lalu mengobrol. Namanya cowok, kalau mengunakan peralatan dapur pasti bersuara (gaduh) belum lagi suara tawa mereka yang besar.

Paparan saya yang diatas hanya sekian dari banyak hal yang terlalui, bagaimana pun syukur ini selalu terucap. Memiliki banyak teman dan melalui hari bersama itu sebuah rasa bahagia yang sederhana namun sulit menceritakannya dengan baik, satu kata yang selalu terucap ‘Senang’. Terima kasih atas kebersamaan ini, terima kasih semuanya.

Pemerintahan yang mendukung, murid-murid yang selalu mengharapkan kami, masyarakat yang menyambut kami dengan baik, para sesama pendatang yang turut membantu dan menganggap kami keluarga, terima kasih teman-teman guru SM3T. Special Thanks, Allah yang selalu melindungi kami, yang memberikan kesehatan dan semoga selalu memberikan kemudahan kepada kami dalam pengabdian ini dan segala agenda kami berjalan dengan lancar. Amien,


Hari ini, rumah bersama akan sepi lagi, kita harus kembali ke sekolah masing-masing, melakukan aktivitas di desa pengabdian masing-masing. Terus semangat kawan, jangan lupa agenda besar kita, prosesnya dimulai dari sekarang.

Dan, kita semua akan sering bertemu pastinya karena banyak hal yang akan kita lakukan bersama hingga masa pengabdian kita di Jayawijaya ini usai.


Oia, tanggal 3 Januari 2015 kami berlibur ke danau Habema bersama bapak Bupati. Sesuatu yang W O W. Satu kata lagi ‘Senang’ meskipun tantangan yang dilalui tidak mudah, ceritanya di lain kesempatan ya, saat ini saatnya sarapan.

Wamena, 5 Januari 2015 (Nurmi)

Catatan Harian (12-16 Januari 2015)

Isaima, Distrik Kurulu – Jayawijaya

12 Januari – 16 Januari 2015

000_0008

Ditemani segelas susu coklat dan cemilan aku harus menyelesaikan tumpukan-tumpukan ini. Tangan mulai keram, penggaris jatuh terinjak—patah, suasana bosan mulai terasa, di luar angin kencang dan mendung serta suara-suara langit membuatku menggerutu karena tak turun hujan, setidaknya jika turun hujan aku tak perlu mengambil air jauh ke kali.

Belum lagi panggilan telpon dan sms yang membuatku ‘bad mood’, pertanyaan-pertanyaan yang membuatku marah. Sekolah sudah masuk sejak senin kemarin, karena suatu hal aku harus datang pagi sekali dari kota dan kembali siang,  lelah sehingga kuputuskan bermalam di posko (rumah yang disediakan sekolah).

Empat hari bolak-balik kota dengan jarak hampir 30 km bukan  hal yang muda,  lalu kenapa terlalu mengkhawatirkanku menginap sendirian di sini? Lalu kenapa kau tak ingin kesekolah sepertiku? Rasanya sia-sia kau bertanya dan terus bertanya seolah menyuruhku mengikuti langkahmu.

Abaikan saja. Aku jenuh mengalah, aku bukan sombong tapi memang tak ada yang harus ditakutkan, Tuhan akan menjaga kita yang percaya perlindunganNya. Aku tau persis apa yang kau rasakan saat aku meninggalkanmu semalam saja di sini waktu itu, mengertilah itu keterpaksaan dan keadaan tak mendukung, aku tak bermaksud, berbeda dengan kali ini yang atas keinginanku sendiri.  Mari kita jangan terlalu merisaukan sesuatu. Bukankah kamu sering bilang “hidup sudah susah ngapain dibuat susah, hehe”. Setiap kamu berkata itu dan tertawa, aku mengangguk menginyakan sependapat.

Btw, semalam empat muridku setia kok belajar dan menemaniku, orang tua mereka malah senang dan memperbolehkan.

000_0007


Masih duduk di ruang tamu dengan meja penuh benda-benda memusingkan (aku harus mengisinya dengan angka-angka yang menjadi penentu, lalu membubuhkan kalimat penyemangat di setiap kolom yang tersedia.

Jam di layar ponselku sudah menunjukan pukul 15.20  waktu Isaima (Indonesia Timur),  kuletakkan ponselku dan memperhatikan masyarakat yang lewat beramai-ramai.  Para bapak yang menggendong atau memikul babi dan para mama yang membawa noken berisi banyak. Aku tau  mereka ingin kemana, mereka ingin kerumah duka. Berdasarkan info dari muridku semalam dan info dari bapak guru tadi, salah seorang di kampung ini telah berpulang. Duka itu di rumah kepala kampung (kepala suku)—salah satu keluarga mereka, aku ingat saat kemarin Kemai (murid kelas enam, cucu kepala suku datang membawa kertas bertuliskan permintaan izin).

“Pergi rumah ibu guru, izin untuk tidak masuk sekolah satu dua hari karena ada duka.”

Begitu tulisan yang kuperkirakan ditulis oleh salah satu anggota keluarga Kemai. Setia ada duka aku sangat ingin datang, namun apalah daya aku selalu ragu. Bukan tak ingin menghargai mereka dan turut berbelasungkawa. Seperti halnya awal bulan aku berada di sini, kepala suku yang lama telah perpulang, aku tak datang.

Oia, jika ada yang meninggal di sini tidak dikubur tapi di bakar. Salah satu teman saya punya vidio prosesinya, dan ada juga yang punya fotonya. Menurutku setelah menonton proses tersebut, mereka kasihan. (kapan-kapan saya posting tentang proses pembakaran jenazahnya).